Perjuangan rakyat Palestina dalam mencapai kemerdekaan dan perdamaian telah memicu dukungan tak terhitung dari masyarakat dunia. Salah satu cara yang mencolok untuk mengekspresikan solidaritas dengan Palestina adalah dengan menggunakan gambar irisan semangka sebagai simbol perlawanan dan harapan.
Irisan semangka dengan warna khas Palestina – merah, hitam, putih, dan hijau – merujuk pada warna bendera Palestina. Mengibarkan bendera Palestina setelah Perang Arab-Israel pada tahun 1967 memicu kemarahan Israel, yang kemudian mengakibatkan pelarangan pengibaran bendera Palestina di Gaza dan Tepi Barat Palestina. Namun, rakyat Palestina dengan kreatifitas tinggi menemukan cara lain untuk mengekspresikan dukungan mereka dengan menggunakan simbol irisan semangka.
Awal mula simbol semangka ini digunakan sebagai bentuk protes datang pada tahun 2007, ketika seorang seniman Palestina bernama Khaled Hourani memasukkan karyanya yang berjudul ‘Semangka’ dalam buku Subjective Atlas of Palestine. Tindakan ini menjadi awal mula penggunaan semangka sebagai simbol Palestina. Karya Hourani ini menginspirasi banyak seniman lain seperti Sarah Hatahet, Sami Boukhari, Aya Mobaydeen, dan Beesan Arafat untuk menciptakan ekspresi seni yang menggunakan simbol semangka sebagai sarana untuk mengekspresikan solidaritas terhadap Palestina.
Seni sebagai Alat Politik
Simbol semangka ini menjadi bukti nyata bahwa seni seringkali lebih bersifat politis daripada politik itu sendiri. Seni memungkinkan orang untuk menyuarakan pendapat dan perasaan mereka, terutama dalam situasi politik yang kompleks dan sensitif seperti konflik Palestina-Israel.
Konflik Gaza-Israel yang dimulai pada 7 Oktober 2023 menyebabkan kerusakan besar-besaran di Gaza. Serangan Israel menghantam berbagai fasilitas umum, pemukiman, rumah sakit, dan bahkan tenda-tenda pengungsian, menyebabkan ribuan warga Palestina tewas dan puluhan ribu lainnya terluka. Di Tepi Barat, situasinya juga tegang, dengan sejumlah warga Palestina yang tewas dan terluka.
Dukungan dari seluruh dunia kepada Palestina terkadang dihadapi oleh sensor online yang memblokir atau menghapus konten-konten yang menyuarakan dukungan terhadap Palestina. Hal ini mendorong warga Palestina untuk mencari cara kreatif untuk menghindari sensor, seperti mengubah huruf atau mencampur pernyataan politik dengan foto pribadi.
Simbolisme dalam Perlawanan
Simbolisme selalu menjadi alat penting dalam perjuangan rakyat Palestina selama beberapa dekade. Mereka menggunakan simbol-simbol untuk memprotes, mengekspresikan kesedihan, dan sebagai bentuk perlawanan. Simbol semangka, yang digunakan sebagai pengganti bendera Palestina, telah terbukti berhasil dalam menghindari sensor otomatis di media sosial.
Konflik Palestina-Israel yang berlarut-larut telah memunculkan semangka sebagai simbol perlawanan dan harapan bagi masyarakat Palestina dan pendukung perdamaian di seluruh dunia. Simbol ini adalah pengingat bahwa solidaritas dan dukungan tak akan pernah pudar, meskipun konflik berkepanjangan terus berlanjut.
Sumber: Detik Hikmah
0 Comments